Sidoarjo - perdagangan gadis di bawah umur di Sidoarjo makin marak. Korban umumnya dari keluarga kurang mampu. Ada yang dirayu teman sekolah, bahkan ada tiga siswi yang ingin tobat, tapi malah dijual pacarnya.
Dari 50 kasus yang ditangani LSM Tri Guna Bhakti dan Hotline Surabaya, ada empat kasus yang menimpa pelajar Sidoarjo. Mereka rata-rata masih kelas II SMP. “Sekarang ada yang hamil enam bulan dan tinggal di Sidoarjo kota. Itu korban trafficking,” tutur Joris Lato dari Hotline saat dialog soal kekerasan dalam rumah tangga dan perdagangan manusia di kantor LP Ma’arif Sidoarjo, Minggu (5/6).
Ke mana tiga pelajar lainnya? “Tiga anak itu sekarang disembunyikan pacarnya di seputaran Sidoarjo. Sebenarnya kasihan tiga anak itu, mereka sudah berusaha tobat, tapi pacarnya yang menjual anak itu,” ungkap Joris.
Dialog yang dipromotori Fatayat NU dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) juga digelar testimoni korban, sebut saja Nita, 16, dari keluarga kurang mampu.
Sejak usia 5 tahun ia ditinggal ayahnya dan hidup dengan ibunya yang pembantu rumah tangga. Setelah lulus SMP, ia ingin ke SMA, tapi terbentur biaya. Saat itulah dia didatangi teman sekolahnya, sebut saja Vega. “Vega ke rumah tidak sekali dua kali saja tapi terus menerus. Saya katanya diajak jalan-jalan dan dijanjikan uang banyak,” ujar Nita.
Usai jalan-jalan, Nita dikenalkan lelaki sekitar 40 tahun. Cewek berambut sebahu itu akhirnya diajak ke hotel dan dibayar Rp 1,5 juta karena masih perawan. “Aku hanya dikasih Rp 800.000 dan sisanya dibawa temanku,” ungkap Nita.
Selama di bawah kekangan “mami” Vega, Nita diharuskan melayani tamu. Nita pun jadi wajib minum minuman keras saat menemani tamu di tempat hiburan malam. “Pernah aku diajak nyabu oleh tamu. Tapi aku tolak. Nggak berani aku main sabu,” papar Nita.
Kini Nita berhenti total setelah bertemu Joris Lato dari Hotline, “Tahun depan Nita sekolah lagi,” kata Joris Lato.[ach/surya]
Sumber: http://www.rimanews.com